Senin, 22 April 2013

Alat Pendeteksi Ikan Berbasis Android


Bagi Anda yang ingin menggunakan fish finder / alat pendeteksi ikan saat mancing mungkin Anda bisa mencoba mencoba alternatif lain selain menggunakan Garmin Fish Finder. Friday Lab  menciptakan satu alat untuk mendetkesi ikan / fish finder pertama di dunia yang berbasis Android dan Iphone bernama Deeper Fish Finder . Sehingga alat ini bisa digunakan oleh para pemancing amatir maupun profesional.
Deeper adalah alat pendeteksi ikan yang bisa digunakan untuk smartphone dan tablet yang bersistem operasi Android 2.2 + + dan iOS 4.0 +. Alat ini mampu bekerja di kedalaman 0,5 meter sampai 40 meter. Untuk konektivitas, perangkat ini menggunakan Bluetooth untuk menampilkan informasi tentang ikan, kontur dasar lokasi, temperatur air, dan sampah penyebab pancing tersangkut kedalam layar ponsel dan tablet.

Deeer Sonar

Dengan Deeper Anda bisa memancing di berbagai kondisi cuaca, alat ini juga mampu bekerja pada suhu -10 sampai +40 derajat. Saat Anda memancing dari kapal, pantai atau kembatan, Anda juga masih bisa memantau kondisi bawah air karena alat ini memiliki radius sampai dengan 50 meter. Alat ini akan langsung bekerja begitu masuk kedalam air, sehingga Anda tidak perlu mencari tombol on / off untuk menghidupkan atau mematikan alat ini.
Deepr Fish Finder ini hanya berdiameter 6,5 cm, tahan terhadap air dan benturan yang tidak terlalu keras. Baterai terbuat dari lithium ion dan mampu bertahan selama 6 jam dan dapat di charge kembali menggunakan kabel mikro USB.



Keuntungan lain menggunakan alat ini adalah, karena alat ini berbasis smartphnoe dan tablet mereka juga menyediakan fitur sosial media seperti twitter dan facebook. Jadi bagi anda yang ingin tetap eksis di sosial media, Anda bisa langsung share apa yang Anda alami sat itu menggunakan aplikasi ini.



Sumber




Rabu, 17 April 2013

Arti dan Lambang Pemujaan Hindu


Ajaran Hindu yang disimbulkan dalam upacara keagamaan Hindu dianggap sebagai bahan atau artikel yang suci untuk dipergunakan dalam kegiatan pemujaannya. Perlambangan dalam Hindu adalah sangat mendalam dan mulia sehingga setiap tindakan dalam upacara keagamaan itu mencerminkan arti spiritual untuk memusatkan pikirannya pada pemujaan dan meditasi pada Tuhan. Jika dipahami dengan baik dan benar maka perlambangan merupakan alat bagi pemuja dalam menyadari tujuan spiritual. Keindahan dan kesucian ritual tersebut tidak dapat dihayati dengan pengetahuan yang sesuai dari arti tindakan itu. Perlambangan itu bertujuan untuk mengilustrasikan arti dan menjelaskan beberapa simbul yang umum dari beberapa dewa-dewi Hindu, antara lain:
Anjali, yaitu gerakan tubuh penghormatan dan salam, di mana dua telapak tangan yang disatukan dengan lembut dan dikuncupkan. Tangan diletakkan di dada dan gerakkan ini digunakan juga untuk menyapa sesama yang setingkat dengan mata untuk menghormati orang yang lebih tua. Sedangkan di atas kepala adalah untuk memberikan penghormatan kepada Tuhan.
Bilva (apel liar atau pohon bael), daun bilva ini dianggap sangat suci untuk pemujaan terhadap Dewa Siwa.
Bindi atau Bindu (tilak), orang Hindu memakai tilak (titik merah pada wanita dan titik memanjang pada pria di dahi mereka). Titik ini dikenal dengan berbagai nama seperti ajna cakra, mata spiritual, dan mata ketiga, yang dikatakan sebagai pusat saraf dalam tubuh manusia. Pada jaman dahulu, orang Hindu menggunakan bubuk timah (sindhur) atau cendana untuk meletakkan titik di dahi mereka.
Kamper (camphor), ini melambangkan bahwa pengetahuan spiritual yang dapat memurnikan pikiran dari seorang pemuja, sehingga meninggalkan ketidaksucian dalam pemikirannya. Keharuman dari kamper ini dapat menghapus dosa serta menyucikan udara pada tempat pemujaan.
Kelapa, pada bagian kulit luar yang lembut dan adalah halus melambangkan tubuh manusia. Dan bagian kulit kelapa yang keras melambangkan keegoisan manusia yang harus dipecahkan. Sedangkan air kelapa tersebut melambangkan jiwa manusia yang bersatu dengan Tuhan.
Sapi adalah simbol dari Ibu Mulia (Dewi Durga) yang memberikan makanan dan menjaga kehidupan. Perlambangan ini menyatakan bahwa susu sapi sama dengan susui ibu yang diberikan untuk anak-anaknya. Dalam Hindu Dharma, Ibu Mulia juga dilambangkan sebagai Dewi Bumi atauPrthi, dan kesucian dari sapi dihormati karena hewan ini adalah kendaraan dari dewa.
Dhupa, adalah keharuman yang melambangkan kekuatan indera yang menarik pikiran. Pembakaran dhupa adalah simbul terhadap penghancuran segala keinginan manusia dan juga menspiritualkan lingkungan yang melambangkan cinta pada Tuhan dan membebaskan pikiran dari keinginan duniawi, serta membantu untuk memusatkan pikiran di saat pemujaan.
Dhvaja, adalah sebuah bendera atau pita berwarna merah atau oranye yang dikibarkan di atas tempat pemujaan, yang menjadi simbul kemenangan melawan ketidakbenaran.
Ghanta (lonceng), suara lonceng pada saat berdoa atau memuja yang dapat menghilangkan suara yang mengganggu dan dapat membantu pikiran untuk berkonsentrasi dalam mencapai pemujaan.
Kalasa, adalah tempat air berupa ceret / toples yang di atasnya ditutup dengan daun mangga dan kelapa yang telah dikupas.
Kamandalu, adalah sebuah tempat air yang terbuat dari tanah atau kayu yang melambangkan kebebasan dari keterikatan duniawi dan keinginan untuk selalu mencari Tuhan.
Kuttuvilaku, adalah lampu yang digunakan pada tempat pemujaan yang melambangkan cahaya Tuhan untuk menghilangkan avidya, penyebab utama keterikatan manusia dengan duniawi.
Bunga Teratai, melambangkan pengetahuan spiritual dan kekuatan. Arti dari teratai itu mengandung makna bahwa seseorang ketika hidup di dunia tidak terpengaruh oleh ketertarikan duniawi.
Daun dan Buah Mangga, melambangkan kesucian dan pemenuhan kebutuhan yang bahagia pada keinginan manusia.
Namaskara atau Pranama, adalah untuk memberi salam pada orang lain dengan menyatukan kedua tangan menjadi satu sambil membungkuk. Dalam pandangan Hindu, ini melambangkan pertemuan atman dan brahman serta menunjukkan sifat yang merendahkan diri.
Paduka, adalah sandal suci yang dipakai orang-orang suci, rsi dan guru yang melambangkan segala bentuk penghormatan.
Rudraksa, yang berarti mata Siwa atau Rudra adalah biji coklat kemerahan dari pohon Rudraksa yang tumbuh di Himalaya, yang sangat manjur digunakan untuk merapalkan mantra-mantra.
Saffron, warna kuning yang menyimbulkan kemurnian, kesederhanaan, dan pengasingan diri atas keinginan duniawi.
Sankha, adalah kerang yang melambangkan asal dari jagat raya bersatu sumber dan suara yang dihasilkan dapat mensucikan tempat pemujaan atau perayaan.
Satkona, adalah bintang persegi enam yang terbentuk oleh dua segitiga yang saling mengait. Setiap sisi segitiga itu menyimbulkan sat (keberadaan mutlak), cit (kesadaran mutlak), dan ananda(kebahagiaan mutlak).
Swastika, yang berarti "ini baik", merupakan simbul kesucian, kemakmuran, dan peruntungan yang baik.
Tripundra, yang berarti "tiga tanda", adalah tanda sekte pemujaan terhadap Dewa Siwa, yang melambangkan sifat dari tubuh fisik dan kebutuhan untuk kesempurnaan spiritual.
Trisula, adalah tongkat yang memiliki 3 garpu milik Dewa Siwa yang digunakan untuk menghancurkan kejahatan dan perbuatan kejahatan serta melambangkan keinginan (iccha), tindakan (kriya), dan pengetahuan (jnana).
Tanaman Tulasi, adalah tanaman yang paling suci yang dianggap dapat menghancurkan kejahatan dan dapat digunakan sebagai pengobatan.
Urdhapundra, adalah tanda sekte pemujaan Dewa Wisnu, yang melambangkan jejak kaki Dewa Wisnu yang terletak di bunga lotus.
Vata, adalah pohon banyan yang melambangkan tradisi Hindu. Akar pohon banyan melambangkan Weda, Upanisad dan kitab lain. Batangnya melambangkan kesatuan dengan Tuhan dalam perbedaan filsafat Hindu.
Vahana, dalam bahasa Sansekerta artinya binatang, burung atau manusia, yang digunakan sebagai kendaraan para dewa-dewi dalam mitologi Hindu.
Vibhuti, adalah abu suci dari kotoran sapi yang dibakar dengan bahan suci lainnya yang digunakan untuk keperluan upacara dan melambangkan pengasingan diri serta kemurnian. Ketika dibakar, abunya secara simbolis melambangkan alam dan kejadian di dunia.



Sejarah Hindu


Hindu merupakan agama tertua di dunia, yang dahulunya dikenal dengan nama Sanatana Dharma, yang diinspirasikan oleh "Wahyu Tuhan" kepada para Rsi di jaman dahulu dengan menyanyikan lagu suci di hutan dan di tepian sungai India pada ribuan tahun Sebelum Masehi. Lagu-lagu tersebut tetap dinyanyikan oleh para Rsi dengan menggabungkan kebijaksanaan sehingga melahirkan agama Hindu (Hinduisme). Awalnya agama ini yang disebut dengan nama Sanatama Dharma itu memiliki makna sebagai "Kebenaran Universal atau Abadi". Bagaimanapun asal-usulnya agama yang dianggap kontroversi ini, namun dari kalangan cendikiawan menyetujui bahwa agama Hindu ini sudah ada sejak awal 500 Sebelum Masehi. Pada waktu itu orang Persia memanggil orang India yang tinggal di tepian sungai Indus (dikenal dengan nama Sindhu dalam bahasa Sansekerta) sebagai Sindhus. Dalam bahasa Persia, kata Sindhu menjadi Hindu dan hingga kini dikenal dengan nama Hindu.
Agama Hindu tidak berasal dari seorang pendiri dan sebuah kitab, ataupun dimulai pada suatu titik waktu tertentu. Di dalam buku-buku pengetahuan dikatakan bahwa agama Hindu kira-kira terbentuk pada 1.500 Sebelum Masehi, yang didasarkan pada Teori Invasi Arya yang saat ini sudah tidak dipergunakan lagi. Menurut teori tersebut bangsa Arya pada jaman Weda datang dari India Tengah, yang menyerbu India sekitar tahun 1.500 Sebelum Masehi, dan yang menghancurkan peradaban lebih maju yaitu Peradaban Harapan serta menyebarkan Weda di India. Namun berdasarkan bukti arkeologi dan kesusastraan, para ahli moderen menyebutkan tidak adanya invasi bangsa Arya dan orang-orang jaman Weda yang menyebutkan diri sebagai bangsa Aryan (kata Arya dalam bahasa Sansekerta berarti kebijaksanaan), yang merupakan penduduk asli dari etnis atau ras India sejak 6.500 tahun Sebelum Masehi.
Agama Hindu ini berkembang dari jaman prasejarah di India dalam bentuk Pantheon agama Monotheisme, yang berarti "memuja satu Tuhan dalam berbagai cara dan bentuk". Sementara itu sejumlah kelompok sosial muncul pada masyarakat Hindu dalam bentuk upacara agama secara besar-besaran, pengorbanan binatang, pelaksanaan kasta yang terlalu kaku dan pernyataan keutamaan para Brahmana terhadap kasta yang lainnya. Melalui periode yang ditandai dengan adanya pemberontakan akhirnya muncul aliran Buddhisme dan Jainisme di India. Aliran Buddhisme mendominasi selama lebih kurang 1.000 tahun yaitu mulai tahun 200 Sebelum Masehi hingga sampai tahun 800 Sesudah Masehi. Bagaimanapun juga pengaruh Buddhisme di India akhirnya perlahan-lahan terkikis karena terjadi perselisihan di dalam organisasinya dan juga pengaruh pertahanan yang dibuat oleh kelompok Sanatanis yaitu pengikut setia Sanatana Dharma. Kemunculan aliran Buddhisme itu menyadarkan para Sanatanis, sehingga mereka menerima pesan dari ajaran Buddhisme dengan memasukkannya Buddha sebagai salah satu dari reinkarnasinya Dewa Wisnu. Pesan dari ajaran Buddha mengenai persahabatan yang mendalam (mahamaitri) dan kasih yang tidak terbatas (mahakaruna) terhadap sesama makhluk yang kemudian dimasukkan dalam Sanatama Dharma sebagai Bhakti atau Pengabdian Yoga. Pada saat itu pemujaan terhadap Dewa Siwa, Dewi Durga, Sri Rama dan Sri Kresna melalui Bhakti Yoga menjadi sangat populer diantara para penganut agama Hindu. Sekitar tahun 700 Sesudah Masehi, seorang suci yang juga ahli filosof, dan cendikiawan terkenal yang bernama Adi Sankaracarya memegang peranan sangat penting dalam melawan pergerakan Buddhisme dan yang memegang teguh Sanatana Dharma di India. Beliau juga membawa ajaran dari Bhagawad Gita hingga menyebar sampai di dataran Bali.
Secara garis besar dari perkembangan agama dan tradisi Hindu dengan adanya beberapa peristiwa, yang menurut pendapat para ahli moderen sedikit menyimpang atau kontroversi, yaitu:
  • Jaman Rg Weda (6.500 atau awal 2.000 Sebelum Masehi), adalah jaman dimana Nyanyian/Lagu dalam Rg Weda dianggap paling tua dan berkembang.
  • Jaman Brahmana dan Periode Aranyaka (2.000 – 1.500 Sebelum Masehi), adalah jaman dimana hanya para Brahmana yang berhak menggunakan Lagu Weda dalam upacara. Aranyaka, yaitu suatu interprestasi filsafat dalam lagu-lagu pujian. Jaman ini merupakan awal dari Upanisad (filsafat Weda) yang ditambahkan pada kumpulan lagu-lagu pujian dalam Weda. Pada jaman ini pemikiran Hindu mulai berkembang dari pemujaan dimana semua kekuatan alami beralih pada sebuah konsep tunggal, yang menekankan pada jiwa universal yang disebut denganBrahman oleh para peneliti Upanisad.
  • Jaman Sutra (1.500 – 500 Sebelum Masehi), merupakan jaman Upanisad disusun dan Mimamsa, Nyaya, Sankhya, Brahma Sutra (aphorisme pada Upanisad) dicatat. Tulisan ini mengarah pada perkembangan dari 6 filsafat Hindu. Pada masa ini Buddhisme dan Jainisme sedang berkembang.
  • Jaman Epos (700 Sebelum Masehi – 300 Sesudah Masehi), yaitu jaman dimana cerita kuno "Mahabharata" dan "Ramayana" mulai berkembang.
  • Jaman Purana (300 – 1.500 Sesudah Masehi), yaitu jaman dimana Purana dan kesusastraan Tantra dikembangkan. Sutra filsafat untuk 6 bagian dari filsafat Hindu juga sudah diinterprestasikan.
  • Periode Darsana (750 – 1.000 Sesudah Masehi), periode dari filsafat Sankara Advaita Vedanta dan penurunan Buddhisme di India. Periode awal pergerakan pemujaan Alvars di India Selatan.
  • Gerakan Bhakti (1.000 – 1.800 Sesudah Masehi), periode ini terjadi peningkatan pemujaan yang dikembangkan oleh para Alvars, Nayanars, Tulsidas, Kabir, Surdas, Tukaram, Ramprasad, Ramanuja, Ramananda, Guru Nanak, Mira Bai, Vallabha, Caitanya, dan orang-orang suci lainnya.
  • Renaisance Hindu Moderen, adalah periode yang terdapat banyak pemimpin-pemimpin Hindu, seperti Ram Mohan Roy, Swami Dayananda Saraswati, Paramahamsa Ramakrsna, Swami Vivekananda, Sri Aurobindo Ghose, Ramana Maharsi, dan Mahatma Gandhi.

Upacara Potong Gigi


Upacara Potong Gigi mengandung arti pembersihan sifat buruk yang ada pada diri manusia. Potong gigi dalam bahasa Bali Mepandes bisa juga disebutMatatah atau Mesanggih, dimana 6 buah taring yang ada di deretan gigi atas dikikir atau ratakan, upacara ini merupakan satu kewajiban, adat istiadat dan kebudayaan yang masih terus dilakukan oleh umat Hindu di Bali secara turun temurun sampai saat ini.
Upacara ini dianggap sakral dan diperuntukan bagi anak anak yang mulai beranjak dewasa, dimana bagi anak perempuan yang telah datang bulan atau mensturasi, sedangkan bagi anak laki laki telah memasuki masa akil baliq atau suaranya telah berubah, dengan upacara ini juga anak anak dihantarkan ke suatu kehidupan yang mendewasakan diri mereka yang di sebut juga niskala.
Adapun 6 sifat buruk dalam diri manusia atau disebut juga sad ripu yang harus dibersihkan tersebut adalah:
  1. Hawa nafsu
  2. Rakus/Tamak/keserakahan
  3. Angkara murka/kemarahan
  4. Mabuk membutakan pikiran
  5. Perasaan bingung
  6. Iri hati/ dengki

Dari semua sifat yang ada ini, bila tidak dikendalikan dapat mengakibatkan  hal hal  yang tidak baik/diinginkan, juga bisa merugikan dan membahayakan bagi anak anak yang akan beranjak dewasa kelak dikemudian hari. Oleh karena itu kewajiban bagi setiap orang tua untuk dapat memberi nasehat, bimbingan serta permohonan doa kepada Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha ) agar anak mereka terhindar dari 6 pengaruh sifat buruk yang sudah ada sejak manusia di lahirkan di dunia.  
Kegiatan saat upacara
  1. Pendeta atau orang yang terhormat dalam upacara ini minta restu di tempat suci, lalu anak anak atau remaja yang akan melaksanakan potong gigi dipercikan air suci/tirta, setelah itu mereka memohon keselamatan untuk melaksanakan upacara.
  2. Pendeta melakukan potong rambut dan menuliskan lambang lambang suci  dengan tujuan mensucikan diri serta menandai adanya peningkatan status sebagai manusia, untuk meninggalkan masa kanak kanak ke masa remaja.
  3. Anak anak yang akan di potong giginya naik ke bale tempat pelaksaaan Mepandes dengan terlebih dahulu menginjak sesajen yang telah disediakan sebagai symbol mohon kekuatan kepada Sang Hyang Widhi Wasa(Tuhan Yang Maha Esa).
  4. Setelah pemotongan gigi berlangsung, bekas air kumur kumur  dibuang di dalam buah kelapa gading, ini bertujuan agar tidak mengurangi nilai kebersihan dan kesakralan dalam menjalankan upacara ini.
  5. Lalu dilanjutkan dengan  melakukan penyucian diri oleh pendeta agar dapat menghilangkan bala/kesialan untuk menyongsong kehidupan masa remaja.
  6. Melaksanakan Mapedamel yang bertujuan sebagai symbol restu dari Dewa Semara dan Dewi Ratih agar dalam kehidupan masa remaja dan seterusnya menjadi orang yang bijaksana, dalam mengarungii kehidupan di masa datang. Di saat melakukan upacara ini anak anak mengenakan kain putih dan kuning, memakai benang pawitraberwarna tridatu (merah, putih dan hitam) sebagai simbol pengikat diri terhadap norma norma agama, kemudian anak anak yang dipotong giginya mencicipi 6 rasa (pahit, asam, pedas, sepat, asin dan manis) yang mempunyai arti dan makna makna tertentu.
  7. Setelah proses mapedamel dilakukan, dilanjutkan dengan upacara Natab Banten, yang bertujuan memohon anugerah kepada Hyang Widhi agar apa yang menjadi tujuan dapat tercapai.
  8. Setelah proses upacara tersebut dilakukan dilanjutkan dengan Metapak, tujuan adalah memberitahukan kepada anak nya bahwa kewajiban sebagai orang tua dari melahirkan, mengasuh dan membimbing sudah selesai, diharapkan  sang anak kelak setelah upacara ini menjadi orang yang berguna, sebaliknya si anak  kepada orang tua nya menghaturkan sembah sujud ungkapan terima kasih  sudah dengan susah payah berkorban jiwa dan raga untuk melahirkan mereka, mengasuh, membesarkan,  mendidik dan membimbing mereka menuju jalan yang baik dan benar sampai dewasa. (Ida Pandita Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi)

Dari serangkaian upacara diatas dapat kita pahami bahwa dalam diri setiap manusia sejak mereka dilahirkan sudah terdapat sifat yang tidak baik, dengan melakukan upacara Mepandes ini anak yang sudah dewasa diingatkan dan diajarkan untuk tidak terjerumus dalam perbuatan yang dilarang agama dan bisa menjadi manusia yang berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa.



PERNIKAHAN ADAT BALI

pernikahan adat bali



Pernikahan adat bali sangat diwarnai dengan pengagungan kepada Tuhan sang pencipta, semua tahapan pernikahan dilakukan di rumah mempelai pria, karena masyarakat Bali memberlakukan sistem patriarki, sehingga dalam pelaksanan upacara perkawinan semua biaya yang dikeluarkan untuk hajatan tersebut menjadi tanggung jawab pihak keluarga laki – laki. hal ini berbeda dengan adat pernikahan jawa yang semua proses pernikahannya dilakukan di rumah mempelai wanita. Pengantin wanita akan diantarkan kembali pulang ke rumahnya untuk meminta izin kepada orang tua agar bisa tinggal bersama suami beberapa hari setelah upacara pernikahan.

Rangkaian tahapan pernikahan adat Bali adalah sebagai berikut:


Upacara Ngekeb

Acara ini bertujuan untuk mempersiapkan calon pengantin wanita dari kehidupan remaja menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga memohon doa restu kepada Tuhan Yang Maha Esa agar bersedia menurunkan kebahagiaan kepada pasangan ini serta nantinya mereka diberikan anugerah berupa keturunan yang baik.
Setelah itu pada sore harinya, seluruh tubuh calon pengantin wanita diberi luluran yang terbuat dari daun merak, kunyit, bunga kenanga, dan beras yang telah dihaluskan. Dipekarangan rumah juga disediakan wadah berisi air bunga untuk keperluan mandi calon pengantin. Selain itu air merang pun tersedia untuk keramas.

Sesudah acara mandi dan keramas selesai, pernikahan adat bali akan dilanjutkan dengan upacara di dalam kamar pengantin. Sebelumnya dalam kamar itu telah disediakan sesajen. Setelah masuk dalam kamar biasanya calon pengantin wanita tidak diperbolehkan lagi keluar dari kamar sampai calon suaminya datang menjemput. Pada saat acara penjemputan dilakukan, pengantin wanita seluruh tubuhnya mulai dari ujung kaki sampai kepalanya akan ditutupi dengan selembar kain kuning tipis. Hal ini sebagai perlambang bahwa pengantin wanita telah bersedia mengubur masa lalunya sebagai remaja dan kini telah siap menjalani kehidupan baru bersama pasangan hidupnya.

Mungkah Lawang ( Buka Pintu )

Seorang utusan Mungkah Lawang bertugas mengetuk pintu kamar tempat pengantin wanita berada sebanyak tiga kali sambil diiringi oleh seorang Malat yang menyanyikantembang Bali. Isi tembang tersebut adalah pesan yang mengatakan jika pengantin pria telah datang menjemput pengantin wanita dan memohon agar segera dibukakan pintu.

Upacara Mesegeh Agung

Sesampainya kedua pengantin di pekarangan rumah pengantin pria, keduanya turun dari tandu untuk bersiap melakukan upacara Mesegehagung yang tak lain bermakna sebagai ungkapan selamat datang kepada pengantin wanita. kemudian keduanya ditandu lagi menuju kamar pengantin. Ibu dari pengantin pria akan memasuki kamar tersebut dan mengatakan kepada pengantin wanita bahwa kain kuning yang menutupi tubuhnya akan segera dibuka untuk ditukarkan dengan uang kepeng satakan yang ditusuk dengan tali benang Bali dan biasanya berjumlah dua ratus kepeng

Madengen–dengen

Upacara ini bertujuan untuk membersihkan diri atau mensucikan kedua pengantin dari energi negatif dalam diri keduanya. Upacara dipimpin oleh seorang pemangku adat atau Balian

Mewidhi Widana

Dengan memakai baju kebesaran pengantin, mereka melaksanakan upacara Mewidhi Widana yang dipimpin oleh seorang Sulingguh atau Ida Peranda. Acara ini merupakan penyempurnaan pernikahan adat bali untuk meningkatkan pembersihan diri pengantin yang telah dilakukan pada acara – acara sebelumnya. Selanjutnya, keduanya menuju merajan yaitu tempat pemujaan untuk berdoa mohon izin dan restu Yang Kuasa. Acara ini dipimpin oleh seorang pemangku merajan

Mejauman Ngabe Tipat Bantal

Beberapa hari setelah pengantin resmi menjadi pasangan suami istri, maka pada hari yang telah disepakati kedua belah keluarga akan ikut mengantarkan kedua pengantin pulang ke rumah orang tua pengantin wanita untuk melakukan upacara Mejamuan. Acara ini dilakukan untuk memohon pamit kepada kedua orang tua serta sanak keluarga pengantin wanita, terutama kepada para leluhur, bahwa mulai saat itu pengantin wanita telah sah menjadi bagian dalam keluarga besar suaminya. Untuk upacara pamitan ini keluarga pengantin pria akan membawa sejumlah barang bawaan yang berisi berbagai panganan kue khas Bali seperti kue bantal, apem, alem, cerorot, kuskus, nagasari, kekupa, beras, gula, kopi, the, sirih pinang, bermacam buah–buahan serta lauk pauk khas bali.



Selasa, 16 April 2013

Female sex tourism: for love or money?


Foreign tourists sunbathe on Kuta beach on Indonesia's island of Bali, March 25, 2010

BOSTON — The arrests this week of 28 "beach boys" in Indonesia — accused by the authorities of selling sex to female tourists — highlights a surging global phenomenon.

GlobalPost correspondents and editors have observed this brand of female sex tourism in many corners of the world, including Jamaica, Jordan, Senegal, Ukraine and elsewhere. There is a growing body of work by film documentarians and authors chronicling what appears to be a thriving subculture. At resorts, beach communities and tourist attractions from Egypt to Indonesia,  women with disposable incomes are negotiating with local men who are in the business of offering the service of convenient coupling for female tourists on holiday.
The recent arrests, on the island of Bali, coincided with the release of a documentary on the resort's "gigolos." The film, "Cowboys in Paradise" — which contains candid interviews with local men and the foreign women who fall for them — had gone viral on the internet but has since been removed from the official website by its makers. Here's a YouTube trailer

It's by no means the first attempt to describe a phenomenon that, according to Jeannette Belliveau, author of a book exploring the subject — "Romance on the Road" — is "going on everywhere from Fiji to Peru, well outside of the Caribbean and Africa and southern Europe."

GlobalPost correspondents Tom A. Peter in Jordan and Anne Look in Senegal report that business for the local men — and in many instances boys — who seek out foreign women, usually on vacation, has never been better.  

Peter, based in Amman, traveled to Jordan's south, where many foreign women — particularly Europeans — test the definition of tourism by becoming sexually, even romantically, involved with local guides and other tourism industry workers.

Look, meantime, found the beaches of Senegal to be rich pickings for European women "of a certain age" who proposition young men, invariably trapped in a cycle of relentless poverty, for sex in exchange for "gifts" like electronics and often cold, hard cash. Many of these women claim they're just doing what middle-aged men have been doing for centuries: taking up with someone half their age and giving them an all-expenses-paid ride in exchange for sex.
Female sex tourism, though certainly less pronounced than the male equivalent — and arguably more taboo — has provoked ongoing debate as the subject of writers, filmmakers and researchers for decades.

J. Michael Seyfert in his recent cult hit film "Rent-a-Rasta," follows the lives of Jamaican men who offer their "services," be it companionship or sex, to foreign women in exchange for money, gifts or even the promise of a better future abroad. The 2006 film's opening even quotes a popular 1980s American movie, "How Stella Got her Groove Back": "Sex tourism, a product of slavery, is not new to the Caribbean. Every year, over 80,000 middle-aged women flock to Jamaica to get their groove back."

The 2006 film "Heading South," focuses on a group of middle-aged American and European women who visit dirt-poor Haiti in the late 1970s and link up with local boys (few are out of their teens) eager to provide sex to middle-aged female guests who lavish them with money and gifts. In the film, the 55-year-old American "Ellen" speaks matter-of-factly about the practice: "I always told myself that when I'm old I'd pay young men to love me."

The reasons Western women travel and engage in liaisons, brief or otherwise, with local men are also the subject of non-fiction. In "Romance on the Road," Baltimore native Belliveau pulls together an impressive array of statistics and writes of her own and other women's experiences as single travelers. 

"I look in my book ... at how conquering soldiers through time have taken local women as part of the spoils of that clash of encounters. Today, the conquering hero is the Western woman who has a good job as a nurse or professional or writer or whatever. And she can have her pick of men," she said. "The transaction isn’t just simple money for sex at all. I’m 1,000 percent sure none of the women I talked to [for her book] paid for anything. "Their story was: 'I made love with a Fijian guy in the surf in Maui.'" 

Laughing, she continues: "It was always in water. Another was in a bathtub with a Maori in New Zealand. A third one was in the Red Sea in Egypt.

"And it was all very much heat of the moment. It wasn’t, 'I’m going to the Dominica Republic to pay Pablo the going rate.'"

Source





Sex tourism to Thailand and Indonesia driving rise in HIV cases



holiday romance
Holiday romance can leave you taking home a souvenir you didn't bargain for.

DRUNKEN lads' holidays in Thailand and Indonesia, involving unprotected sex with prostitutes, are boosting Queensland's HIV rate.

And men from north Queensland are picking up the virus from trips to nearby Papua New Guinea, a country with one of the world's highest HIV rates.

The alarming hike in the rate of human immunodeficiency virus, a forerunner to AIDs, has led for calls to again push the safe-sex message amid fears young people are becoming lax.

In 2010, Queensland recorded its highest number of new HIV cases - with 206 people diagnosed - and the numbers are still climbing.

WA has also recorded an increase but across the rest of the country figures remain steady or have declined.
And while most cases continue to involve gay men, the number of heterosexuals contracting HIV is increasing.

Australian Medical Association Queensland president Dr Richard Kidd said the increase in WA and Queensland was likely due to the mining boom in those states.

"Young men, isolated from their families, earning lots of money - and whether they are going to Thailand and having sex with prostitutes or whether prostitutes are coming in from other countries, the data doesn't quite tell us.

"But they are both legitimate concerns."

He said Thailand and Papua New Guinea had the highest rate of HIV per head of population, with 1300 out of every 100,000 people diagnosed with the disease in Thailand and 900 per 100,000 in PNG.

"I would want to get that message out again about safe sex - I don't know how much young men are aware that Thailand is the HIV capital of the world," Dr Kidd said.

Health Minister Lawrence Springborg said annual rates of HIV diagnosis had doubled in the past decade: from 2.7 per 100,000 population in 2000, to 5.4 in 2010.

Mr Springborg said these rates - the highest in Queensland since records began in 1984 - represented an alarming failure in public health policy.

"When it comes to health, unlike Labor, I refuse to throw good money after bad and I refuse to turn a blind eye to what are obviously ineffective campaigns at reducing HIV diagnosis rates," Mr Spring- borg said.

He said he would move to re-direct more than $2.5 million in grants that had, until now, been channelled through the Queensland Association for Healthier Communities.

"Instead of this funding being administered by QAHC, which has published its intention to move the core of its activity away from AIDS/HIV to more general political issues, it will be moved into the control of an expert panel - a Ministerial Advisory Committee on HIV/AIDS.

Source


Top 5 Sex Tourism Destinations

These 5 places are renowned for their sexual debauchery and ready availability of things every man dreams of.

Top 5 Sex Tourism Destinations

Thailand
Ever since the Vietnam war, Thailand has gained international notoriety (especially among travellers) for the incredible and easy-to-procure sexcapades it offers. Whether its Bangkok's 'ping-ping' shows or the not exactly subtle disguise of spas which offer 'happy endings,' everyone with half a brain knows exactly what's going on there and most who visit are there to exploit it too.

Experts have put the number of sex workers here at a whopping 2.8 million, the act of exchanging money for sexual gratification is not illegal and the commercial aspects of this lucrative business is well-protected by powerful officials who have vested interests in the same. As such, it's number one on our list of sex tourism destinations and quite possibly one of the safest too.

Top 5 Sex Tourism Destinations

Costa Rica
When it comes to the Western Hemisphere, no country dominates the sex tourism front in the way Costa Rica has. It's been officially cited as one of the world's top sex tourism destinations and experts claim that it is experiencing a serious boom due to the larger numbers of Americans and Canadians traveling south for their 'vacations.'

Besides, it's not hard to imagine considering that this part of the world is also notorious for having some of the most exquisitely beautiful and exotic women this planet has ever seen! Guess it's not just wildlife, rainforests and crazy species of animals over here as National Geographic would have us believe.

Top 5 Sex Tourism Destinations

Kenya
This is the sex tourism hot-spot of Africa, no doubt about it, despite being one of the most dangerous too. Thanks to the HIV epidemic here, over 1.5 million people in this country are living with HIV Aids yet the sex tourism is still on a sharp rise for reasons we can't comprehend. Perhaps its the unbelievable cheapness or massive supply that keeps the customers coming back for more?

Either way, if at all you ever plan a trip here, sex tourist or not, make sure you cover up and how before you mount any of those luscious Kenyan women! 

Top 5 Sex Tourism Destinations

Japan
This is where the seriously kinky and fetish-loving sex tourists come to feed their habit. Most will agree that the high-quality nature and satiating sex services offered here make this more apt for the capital of sex tourism in Asia than Thailand, though it's certainly not for the weak-hearted.

Known for their stunning geishas, schooled in 1000-year-old techniques and tons of cultural nuances between the sheets, Japan probably offers the most unique experience to sex tourists all over the world. Being the perfectionists that they are n most fields, this one is no different, and it's considered to be fairly safe too. Still, you never know when wild may become a little too wild over here. It's a complete 'try if you dare' scenario in our opinion anyway!

P.S. - Japan has a number of innovative variations over the regular brothel as well !

Top 5 Sex Tourism Destinations

Amsterdam

No member of the European Union is quite as infamous for its sexual tourism and beautiful prostitutes as Amsterdam. World famous for having legalized prostitution, it is well regulated by the government and hence, shockingly safe too for such a practise! They have special red light districts as well which is a huge tourist attraction for those who've actually come to use the services or simply those who are intrigued by the legality of such a thing!

De Wallen, or the area known as Rossebuurt in the heart of the oldest part of Amsterdam is apparently the most visited Red Light district in the world! Germany is definitely making an attempt to catch up with Amsterdam on this front but we think it will be many, many years before it can hold a candle to this sex tourism flame !




Paradise for sex tourists


Detective Sergeant Kim Gross, of the Toronto Police Sex Crimes Unit, at police headquarters.
Detective Sergeant Kim Gross, of the Toronto Police Sex Crimes Unit, at police headquarters.
Cuba: land of sun, sand and cheap child prostitutes: EditorialWhile Canada toughens its penalties for sexual predators at home, it lets known offenders slip out of the country to engage in sex tourism in Cuba.
Cuba has long been a favourite sun-spot for Canadians. It’s relatively cheap, loaded with resorts and just 2,300 km away.
But some tourists are drawn by more its unspoiled beaches and fine cigars. The Caribbean island has become a magnet for men eager to engage in sex with pre-pubescent girls, some as young as four. A confidential 2011 RCMP report on child sex tourism, obtained by a Star investigative team using Canada’s Access to Information Act, identifies Cuba as one of the most popular destinations in the Americas for child sex tourism.
The Canadian government, while acknowledging sex offenders are going abroad to exploit children, has done little to stop them. The Cuban government, eager for hard currency, denies that a problem even exists.
“There are no exit records that are kept of these individuals so it’s very difficult for us to know whether someone is in fact leaving the country for these reasons,” Vic Toews, the federal minister of public safety, told the Star. “My preference is that these individuals are prosecuted within the jurisdiction where they are discovered.”
That is not likely to happen. Cuban police are willing to look the other way, if their palms are greased. The government rarely prosecutes foreign sexual predators. It refuses to release records of child exploitation to international or domestic relief agencies. And Raúl Castro – Fidel’s younger brother who succeeded him as president in 2008 – insists that the island is a family-friendly tourist mecca.
For four months, a team of Star reporters working with their counterparts from Miami’s Spanish-language newspaper, El Nuevo Herald, probed this illicit trade from the streets of Havana to the highest echelons of the law enforcement system, speaking to police, politicians, diplomats and citizens working to prevent the sexual abuse of children.
They found that sex with young girls in Cuba costs as little as $30 a night. A network of hotel staff, cabbies and pimps was eager to set up an encounter for a tourist – for a small fee. Impoverished families were so desperate for money – or so dazzled by gifts and material goods unavailable in Cuba – that they pushed their children into prostitution.
What they uncovered in Canada was equally shocking. The government of Stephen Harper, which trumpets its commitment to crack down on sexual predators, has so far turned an almost blind eye to sexual tourism. Only five individuals have been convicted for crimes against children outside the country.
Although Canada has had a law against abusing children abroad since 1997, it is undermined by the inability of law enforcement officials to monitor sexual offenders as they slip out of the country. Nor can border officials identify them when they return because they don’t have access to the national Sex Offender Registry. Under Ottawa’s privacy rules, the RCMP cannot share the list.
The result: Canadians are “among the most enthusiastic customers of the Cuban child sex trade.” Unless they do something stupid – such as take pornographic photos to a commercial outlet for printing – there is little chance they’ll be caught.
Canada can’t stop this blight alone. But there are some obvious steps it could take. It could exempt sex offenders from privacy rules that prevent border guards from recognizing them. Require anyone who has been charged or convicted of sexual crimes to report all trips outside the country. Increase fines and jail terms for those charged with sex tourism. Provide the RCMP’s Child Exploitation Unit with the resources it needs to investigate crimes against children abroad. Work more closely with American authorities to detect border-crossing sexual predators. And put pressure on the Cuban government to prosecute sex tourists.
In the wake of the Star’s reporting on this troubling issue, Toews is promising more action to fight international sex tourism. On Monday, he said the government is consulting with experts “in order to prevent traffickers and offenders from travelling abroad” and is “committed to putting an end to the sexual exploitation of children, no matter where it may occur.”
Those are welcome statements. The Conservatives never miss an opportunity to express their abhorrence for those who sexually exploit children. It’s high time the government backed up its rhetoric with strong action.


Design Tower in Dubai


INSPIRED DESIGN

Design
While it is superlative in every respect, it is the unique design of Burj Khalifa that truly sets it apart. The centrepiece of this new world capital attracted the world's most esteemed designers to an invited design competition.

Ultimately, the honour of designing the world's tallest tower was awarded to the global leader in creating ultra-tall structures, the Chicago office of Skidmore, Owings & Merrill LLP (SOM) with Adrian Smith FAIA, RIBA, consulting design Partner. The selected design was subject to an extensive peer review program to confirm the safety and effectiveness of the structural systems.


Architecture

The architecture features a triple-lobed footprint, an abstraction of the Hymenocallis flower. The tower is composed of three elements arranged around a central core. The modular, Y-shaped structure, with setbacks along each of its three wings provides an inherently stable configuration for the structure and provides good floor plates for residential. Twenty-six helical levels decrease the cross section of the tower incrementally as it spirals skyward.
The central core emerges at the top and culminates in a sculpted spire. A Y-shaped floor plan maximizes views of the Arabian Gulf. Viewed from the base or the air, Burj Khalifa is evocative of the onion domes prevalent in Islamic architecture.

Wind Tunnel Testing

Over 40 wind tunnel tests were conducted on Burj Khalifa to examine the effects the wind would have on the tower and its occupants. These ranged from initial tests to verify the wind climate of Dubai, to large structural analysis models and facade pressure tests, to micro-climate analysis of the effects at terraces and around the tower base. Even the temporary conditions during the construction stage were tested with the tower cranes on the tower to ensure safety at all times.
Stack effect or chimney effect is a phenomenon that effects super-tall building design, and arises from the changes in pressure and temperature with height. Special studies were carried on Burj Khalifa to determine the magnitude of the changes that would have to be dealt with in the building design.

Floor Plan

Concourse level to level 8 and level 38 and 39 will feature the Armani Hotel Dubai. Levels 9 to 16 will exclusively house luxurious one and two bedroom Armani Residences.
Floors 45 through 108 are private ultra-luxury residences. The Corporate Suites occupy fill most of the remaining floors, except for level 122 which houses At.mosphere and level 124, the tower's public observatory, At the Top, Burj Khalifa.
For the convenience of home owners, the tower has been divided in to sections with exclusive Sky Lobbies on Levels 43, 76 and 123 that feature state-of-the-art fitness facilities including a Jacuzzis on Level 43 and 76. The Sky Lobbies on 43 and 76 additionally house swimming pools and a recreational room each that can be utilized for gatherings and lifestyle events. Offering an unparalleled experience, both pools open to the outside offering residents the option of swimming from inside to the outside balcony.
Other facilities for residents include a Residents' Library, and Lafayette Gourmet, a gourmet convenience store and meeting place for the residents. Valet parking is provided for guests and visitors.

Interiors

The interior design of Burj Khalifa public areas was also done by the Chicago office of Skidmore, Owings & Merrill LLP and was led by award-winning designer Nada Andric. It features glass, stainless steel and polished dark stones, together with silver travertine flooring, Venetian stucco walls, handmade rugs and stone flooring. The interiors were inspired by local culture while staying mindful of the building's status as a global icon and residence.

Artwork

Over 1,000 pieces of art from prominent Middle Eastern and international artists adorn Burj Khalifa and the surrounding Mohammed Bin Rashid Boulevard. Many of the pieces were specially commissioned by Emaar to be a tribute to the spirit of global harmony. The pieces were selected as a means of linking cultures and communities, symbolic of Burj Khalifa being an international collaboration.